Teumpat, Ceritamu - Kini sepasang kakikulah yang mengajak melangkah dengan kabut suram yang terus mengikuti. Aku tidak lagi mencari kebahagian.
Apa yang engkau rasakan jika kututurkan padamu semua itu jika waktu begitu garang menghentaki jantungmu?.
Bersyukurlah pada kehidupan yang telah menganugrahimu rasa haus. Hatimu akan menjadi seperti tepian pantai dari sebuah samudera yang tak memiliki gelombang, yang tak menyimpan gemuruh serta tak mengerami pasang surut bila engkau tak memiliki rasa haus.
Setiap orang selalu bermimpi akan sebuah hidup yang sangat bahagia. Jika kita bertanya pada orang tersebut. Pasti mereka akan menjawab dengan mudah, menjawab pilih kebahagiaan. Lalu apa itu kebahagiaan karena alur cerita kehidupan manusia tidak selamanya membahagiakan. Mari ingatkan pada diri.
Kebahagiaan bukan harus memiliki kehidupan yang sempurna. Melainkan ikhlas memaknai air mata, sebagai penyiram kebun pengharapan. Ikhlas memaknai kehilangan, sebagai pengukuh kesabaran. Ikhlas memaknai ke gagalan, sebagai landasan ketenangan hati. Ikhlas memaknai penderitaan, sebagai pondasi kenikmatan. Ikhlas memaknai kesulitan, sebagai jendela kecerdasan.
Mari yakini diri satu, Ia yang di atas sana, tidak pernah meninggalkan Umat-nya. Percayalah jika kita sudah angkat tangan. Ia pasti turun tangan kebahagiaan pun pasti akan datang. *